
#SeriTadabburAyat – 106
Saatnya kita mentadabburi satu ayat dari surat yang disunnahkan dibaca di hari Jumat: Al Kahfi
Tentang keinginan luar biasa Nabi Musa untuk menemui Khidhir,
Di tempat bertemunya 2 lautan…
Meskipun ia tak tahu di mana tempat itu berada,
dan berapa lama waktu yang akan ditempuhnya…
{ وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِفَتَاهُ لَا أَبْرَحُ حَتَّىٰ أَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِيَ حُقُبًا }
“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: ‘Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun’.”
(QS Al Kahfi [18]: 60)
Bisa saja dalam perjalanan, kematian itu datang menemuinya sebelum ia sempat menemui Khidhir…
Lalu, hikmah apa yang bisa kita ambil dari ayat ini?
Saat kita sudah merencanakan sebuah cita-cita,
Teguhkanlah pendirian seperti Musa,
Dan teruslah berjalan,
“Laa abrahu hattaa ablugha”
“Aku takkan berhenti hingga aku sampai”
“I will not stop until I reach”
Bahkan jika hal itu memakan waktu yang lama,
“au amdhiya huqubaa”
“atau aku akan terus berjalan hingga bertahun-tahun”
Maka apabila usia kita telah habis, kita akan mati di atas jalan meraihnya…
Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan langkah kita selama itu adalah jalan yang diridhaiNya…
Lantas bagaimana kalau cita-cita itu adalah sesuatu yang mulia?
Pergi haji, hafal Qur’an 30 juz, menuntut ilmu, hijrah menjadi hamba yang lebih baik, dll?
{ … وَمَن يَخْرُجْ مِن بَيْتِهِ مُهَاجِرًا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا }
(QS An Nisaa’ [4]: 100)
“Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
© TADABBUR QUR’AN INDONESIA